Selasa, 20 September 2011

tongseng solo

Sewaktu buka fesbuk, ada teman yang update statusnya  pengen banget makan tongseng, masakan dari daging kambing -seperti gule tapi kuahnya lebih kental dan memakai kecap. Kalau tinggal di Solo sih gampang banget nyari tongseng yang uenak bin lazis, berhubung tinggalnya di luar Jawa... yah... ngeces-ngeces deh... :)

hasil googling

But, don't worry, my dear... aku punya resepnya kok, yang ku-copypaste dari resep kakakku yang ahli masak hehehe... Resep ini sudah aku uji-coba berkali-kali, dan terbukti enak, soalnya suami dan anakku gak pernah komplen kalau kumasakin. Iyalah, kalo ada komplen bisa-bisa mereka gak dapat jatah makan dong... (ih, sadis amat...). Honestly, menurut kakakku juga enak kok...





Bahan-bahan yang dibutuhkan:
  • daging kambing dipotong dadu
  • kol
  • tomat
  • cabe rawit
  • daun salam, daun jeruk, laos, sereh, jahe digeprek
  • santan kental dan encer
  • kecap manis
  • gula jawa
  • garam
  • bumbu gulai bubuk
  • bawang goreng untuk taburan
  • minyak goreng untuk menumis
Bumbu yang dihaluskan:
  • bawang putih
  • bawang merah
  • cabe merah
  • lada
  • ketumbar
  • kunyit
  • kemiri
Cara membuat:
  • tumis bumbu halus, tambahkan bumbu gulai bubuk, daun salam, daun jeruk, laos, sereh, dan jahe
  • masukkan daging kambing, aduk-aduk
  • jika sudah berubah warna, tuang santan cair dan garam, masak dengan api kecil sampai santan menyusut dan daging empuk
  • setelah daging empuk masukkan santan kental
  • setelah mendidih, masukkan kecap manis dan gula jawa. 
  • tunggu sampai matang, lalu tambahkan kol, tomat, dan cabe rawit utuh. biarkan sampai layu
  • angkat dan sajikan dengan taburan bawang goreng.
Selamat mencoba! (Duh, standar banget yah...)



Jumat, 26 Agustus 2011

ayam wewe mbah jingkrak

Tadi pagi liat acara Warna di Trans7, ada yang menarik di segmen dapur cantik. Resep yang ditampilkan adalah Ayam Wewe Mbah Jingkrak. Jujur aku belum pernah ngerasain masakannya mbah Jingkrak yang terkenal super pedas itu, tapi kalau melihat liputannya di tivi kayaknya uenak banget ya... hihihi... *ngeces mode on*. Apalagi tidak ada mbah Jingkrak di Solo :(

Pengen banget nyoba bikin ayam Wewe itu, tapi berhubung sudah siang, sementara di kulkas tidak ada sepotong ayam pun untuk dimasak (ih, alesan aja nih, padahal emang rencana ga masak hari ini!), mau ngejar-ngejar ayam tetangga kok panas banget di luar, belum lagi kalau dimarahin sama yang punya, hehe... ya sudahlah, catet dulu resepnya dan googling gambarnya (biar tambah ngiler...hehehe)


Bahan-bahan:
  • 1 ekor ayam pejantan dibagi 4, sudah diungkep dan digoreng (kayaknya sih begitu kalau melihat tayangan tadi, kalau aku lebih suka ayamnya kupotong kecil-kecil)
  • cabe hijau
  • tomat hijau
  • bawang merah
  • bawang putih
  • gula
  • garam
  • chicken powder (sejenis royco kali ya?)
Cara memasak:
  • tumis bawang putih dan bawang merah sampai harum
  • masukkan cabe hijau yang sudah diuleg kasar
  • tambahkan sedikit air
  • masukkan garam, gula, chicken powder
  • masukkan ayam, aduk-aduk sampai meresap
  • terakhir masukkan tomat hijau
  • angkat, sajikan.
Hmm.... jadi lapar nih... (sabar dong... ini masih puasa lho...)

Selasa, 09 Agustus 2011

tetap semangat

Oops...!Ternyata sudah lewat sebulan aku nggak nulis something di sini.. :( Sorry for breaking my own promise to have a write at least once a month. Memang berat juga ya untuk kontinyu menulis, padahal sebenarnya banyak banget yang ada di kepala pengen keluar, tapi apa daya tangan ini tak mampu. Salut buat yang bisa tiap hari  nulis di blog...

Having a baby really takes my time. Maybe I need 25 hours a day to take care of my baby. But, alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk mengurus anak-anakku yang cantik-cantik. Selelah apa pun, akan sirna ketika memandangi wajah innocent mereka saat terlelap (soalnya emaknya ikutan terlelap, hehehe...)


From now on, nggak usah janji-janji lagi deh buat bikin tulisan... I'll write when I want to... and I can  :) 

Selasa, 21 Juni 2011

majalah bekas

Bingung dengan tumpukan majalah bekas yang menggunung? Almari buku sudah penuh, kardus-kardus bekas sudah terlalu tinggi di atas almari... gudang (kalau punya sih... soalnya aku nggak punya gudang nih) juga sudah penuh dengan barang bekas... Masalahnya kita sering beralasan bahwa suatu saat kita akan membutuhkan informasi dari salah satu majalah-majalah itu, padahal kenyataannya kita lebih banyak lupa di edisi berapa informasi yang kita butuhkan dan akhirnya kita malas mencarinya. Hmmmm... we really need a change right now.

Sepertinya kita perlu meninjau ulang untuk membeli atau bahkan berlangganan majalah atau tabloid. Bayangkan saja, kalau kita berlangganan majalah bulanan, dalam setahun ada 12 majalah yang harus kita sediakan tempatnya. Apalagi kalau tabloid yang biasanya terbit mingguan. Bakalan ada 48 eksemplar tabloid yang menunggu untuk disimpan dalam setahun :(

Aku sendiri suka membaca - apa saja. Sangat suka membaca. Tapi ketika dihadapkan dengan masalah space untuk para majalah dan tabloid ini -kalau buku sih masih ada tempat (walau kadang diada-adakan... hihihi)- aku harus rela untuk menahan diri untuk membelinya lagi. Besides, kita bisa menambah ilmu dan wawasan kita melalui cara lain, seperti internet. Ini lebih "go green" kan? disamping lebih murah tentunya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan dengan tumpukan majalah bekas yang sudah terlanjur kita punya?
Pertama, berhenti berlangganan. simpel kan? Itu pasti akan menghentikan bertambahnya tumpukan majalah di rumah kita.

Kedua, kita bisa buat kliping dari majalah-majalah tersebut, kita susun sesuai tema yang kita sukai misalnya. lumayanlah, dari 12 majalah bisa menjadi satu atau dua buku kliping, yang tentunya lebih memudahkan kita dalam mencari referensi karena sudah kita susun berdasar tema.

Ketiga, kita bisa gunakan sisa majalah yang sudah berantakan karena dikliping untuk mendapat gambar-gambar bagi anak kita. Akan sangat menyenangkan bermain bersama anak membuat kolase dari gambar-gambar dari majalah bekas. Atau kita bisa mengajak anak kita membuat handycraft seperti tempat pensil berhias gambar dari majalah.

Yang keempat, kita bisa recycle them. Maksudnya kita recycle jadi duit... alias dikiloin. Lumayan lho, kita bisa dapat tambahan uang belanja dari situ, sukur-sukur bisa jadi uang jajan :) Pastinya, rumah kita jadi lebih lega dengan berkurangnya tumpukan majalah bekas di sana.

Kelima, kita bisa bertukar majalah dengan teman atau tetangga kita. Mungkin mereka ada yang ketinggalan satu edisi majalah yang kebetulan kita punya, atau mungkin kita tertarik dengan majalah berkebun milik teman? Daripada beli mending kita bertukar saja.

Terakhir, donasikan mereka ke tempat-tempat yang membutuhkan; perpustakaan kampung, tempat pengungsian, atau bahkan tempat praktek dokter (walaupun sebenarnya mereka mampu menyediakan bacaan untuk para pengantri). Tidak ada ruginya kok, malah kita dapat pahala karena telah berpartisipasi dalam memupuk budaya membaca di masyarakat :)

Bagaimana, sudah ada bayangan, mau dibawa kemana majalah bekas kita? (boleh dibaca sembari nyanyi lagunya Armada... hihihi) Apa pun itu, kita telah berkontribusi dalam mengurangi penggunaan kertas, a k a mengurangi juga penebangan pohon di dunia ini untuk membuatnya, tanpa mengesampingkan manfaat besar dari membaca lho ya...

Selasa, 31 Mei 2011

mail-iyah

Siapa sih yang tidak mengenal serial Upin dan Ipin? Setiap hari kita disuguhi tontonan ini walaupun sudah sangat-sangat sering diulang-ulang penayangannya. Serial asal Malaysia ini memang top banget di negara kita, meskipun kata seorang saudara yang tinggal di sana serial ini sudah tidak begitu tenar. Tayang di 17 negara, memang prestasi yang amat membanggakan untuk sebuah serial anak muslim.

Tak terkecuali Najma anakku. meskipun sudah diulang-ulang penayangannya, dia tetap asyik menonton tiap Upin dan Ipin muncul. Alhasil aku pun ikut-ikutan jadi penonton setia serial itu.

Tapi kita tidak akan membahas si Upin dan Ipin yang comel itu. Aku lebih suka membicarakan si Mail 'dua seringgit' ... Mungkin banyak orang yang tidak begitu suka dengan Mail, karena dia terlihat terlalu materialistis, apa saja bisa dijual olehnya. Tapi tengok pula kesehariannya, Mail memang selalu membantu (atau terpaksa?) ibunya berjualan gorengan. Kesian-kesian-kesian.... itu mungkin yang dikatakan Ipin.

Melihat Mail yang suka berjualan, aku jadi ingat anakku. Najma tak berbeda jauh dengan Mail karena dia juga hobi berjualan. Hehehe... memang sebenarnya aku yang mengajarinya... ini bukan pengeksploitasian anak lho... aku hanya ingin dia mengetahui bagaimana rasanya mencari dan mendapatkan uang dari jerih payah kita sendiri. Awalnya aku cuma ajari dia membuat gelang manik-manik, lalu dia jual ke teman-temannya di sekolah. Eh... ternyata laris. Najma girang bukan kepalang, bisa dapat uang saku dari berjualan. Lalu beralih membuat gantungan kunci dan bros (yang ini umminya yang bikin, Najma jadi agen pemasaran saja). Alhamdulillah laku juga. Abinya jadi punya julukan baru untuk Najma, yaitu Mailiyah... Mail versi cewek. Berhubung aku hamil dan sekarang punya baby, kegiatan membuat handicraft berhenti sejenak. Untuk saat ini kubuatkan eskrim seribuan untuk dia jual di  rumah.

Kira-kira sebulan yang lalu, aku membaca status pak Mario di facebook tentang sebuah pertanyaan; kapan sebaiknya kita mulai belajar berbisnis. Jawaban beliau (tidak persis, sih... soalnya agak-agak lupa nih.. :)) ternyata kita harus mulai belajar bisnis sejak kecil. Horeee.... ternyata apa yang aku lakukan selama ini ada gunanya juga. Dulu aku mulai mengenal berjualan sejak SMP, dengan menawarkan katalog Avon milik kakakku di kelas. Lumayan... bisa nambah uang saku. Sekarang, Najma yang baru kelas 1 SD sudah mulai kenal dengan jualan. Kemajuan, dong...!

Sabtu, 14 Mei 2011

mati lampu

Dalam seminggu terakhir ini sudah tiga kali terjadi mati lampu di komplekku. Hal yang tidak biasanya terjadi sebenarnya. Selama tiga tahun menghuni komplek Hamzah (nama gang di komplek perumahan kami) sangat jarang terjadi yang namanya mati lampu, di saat yang lain banyak sekali yang komplain masalah ini. Sampai-sampai aku menganggap PLN sudah menganak-emaskan kami (weh-weh-weh... baik banget tu PLN!) Tetapi akhirnya gelar PLN yang baik hati itu aku cabut, dan bergabung dengan teman-teman yang sebel sama PLN... :p

Walaupun sebenarnya ada bagusnya juga terjadi mati lampu, karena penggunaan listrik jadi berkurang, yang berbanding lurus dengan jumlah tagihan listrik bulanan. Tapi timingnya itu lho.... nggak enak banget kan kalau pas mau maghrib mati lampu. Belum makan malam, Najma belum belajar, dan yang paling susah, Naura-my baby, belum tidur. Hadeeewh...Tapi ya... sabar saja buk.... menurutku itu pilihan yang paling bagus :)

Lucunya, waktu mati lampu itu aku samar-samar mendengar keluh kesah dua orang tetanggaku tentang PLN. Begini nih pembicaraan mereka;
" Haduuh..., dasar orang PLN ni pasti ngga punya anak bayi ya... nggak tau susahnya punya bayi kalo gelap-gelapan gini", kata ibunya Sarah. Meskipun anaknya sudah tidak bayi lagi, tapi mungkin dia solider sama aku yang sedang punya bayi, hihihi...
" Memang... mereka pasti juga masih pake sumur tanah tuh, nggak  punya jet pump, jadi kalo pas mati lampu mereka nggak kalang kabut nyari air!" bu Hari menimpali.
Aku yang sedang duduk di teras sambil menggendong Naura tak bisa menahan tawa. Hihihi... tertawa sendirian nih...!

Anyway, kita memang harus membiasakan diri untuk menghadapi 'acara' mati lampu ini dengan ikhlas dan tawakkal (lhoo...!) Habis, mau gimana lagi coba? Anggap saja earth hour versi Indonesia, bisa berkali-kali dalam sebulan, tidak seperti earth hour versi WWF yang cuma setahun sekali.

Minggu, 01 Mei 2011

my first bento

Sebenarnya sudah lama pengen bisa bikin bento. Kalau melihat gambar-gambar bento di internet bikin aku tambah ngiler saja, hehe... Bento atau o-bentō adalah istilah bahasa Jepang untuk makanan bekal berupa nasi berikut lauk-pauk dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-bawa dan dimakan di tempat lain. Seperti halnya nasi bungkus, bentō bisa dimakan sebagai makan siang, makan malam, atau bekal piknik (wikipedia). Kalau di Indonesia lebih terkenal dengan nasi bungkusnya, kali ya...

Kebetulan pula ada lomba membuat bento yang diadakan page-nya Tupperware Indonesia di facebook, jadi aku coba saja menggunakan segenap kemampuanku (cie...!) untuk membuat bento yang spesial (meskipun sebenarnya ini adalah pengalaman pertamaku membuat bento).

Hasilnya, seperti ini nih..


Kalau dibandingkan dengan bento-bento yang sudah ada, kayaknya masih jauuuh... Bento tumpeng ini kubuat tanpa alat cetakan bento yang banyak banget macamnya. Aku juga belum hunting juga di Solo (ada nggak ya?)

Rabu, 27 April 2011

earth day

Di dunia internasional, hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April -which is today. Tapi kalau menurut PBB sih hari Bumi dirayakan setiap tanggal 20 Maret. Sebenarnya nggak begitu penting kapan tepatnya si Bumi tercinta ini berulang tahun,  tiap hari kita bisa memperingati hari Bumi karena kata bang Wikipedia, hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini.

Lalu apa sih yang sudah kita berikan sebagai apresiasi kita terhadap bumi? Apa ya yang bisa kita lakukan? Sebenarnya banyak banget hal mudah yang bisa kita lakukan, diantaranya:
  1. kurangi sampah terutama sampah plastik; bawa tas yang bisa dipakai ulang untuk berbelanja, hindari pemakaian styrofoam, pakai wadah plastik yang bisa digunakan berulang kali (kayak tupperware, tuh... hihi... kok malah ngiklan)
  2. hemat listrik; pakai lampu yang hemat energi, jangan lupa matiin lampu kamar mandi setelah dipakai
  3. hemat air; gunakan air bekas pewangi pakaian untuk mengepel lantai
  4. gunakan sepeda untuk tujuan dekat, sekarang lagi ngetren kan, bike to work...
  5. gunakan kertas seefisien mungkin
  6. gunakan diaper yang bisa dicuci berulang kali untuk bayi kita (cloth diaper/clodi)
  7. perbanyak tanaman; lumayan kan kalau punya tanaman cabe di rumah, nggak usah beli tinggal panen. Kalau tak punya lahan atau tanah kosong bisa tanam dalam pot, atau tanam di halaman tetangga, dijamin pasti disayang tetangga... hihihi
  8. ganti kertas tisu dengan sapu tangan; in another words, kurangi nonton film sendu... biar nggak banyak ngeluarin air mata :)
Kayaknya gampang ya... tapi susah juga kalau kita nggak punya keinginan untuk menjaga bumi yang sudah saaangat tua ini. Apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita jika kita masih saja tak peduli dengan lingkungan?
Let's go green...!

Selasa, 26 April 2011

belajar dari najma

Belum lama ini, Najma, my first daughter, suka sekali menulis. Entah itu puisi, cerpen, atau sekedar daftar makanan kesukaannya. Meskipun masih sangat sederhana dan kadang ngawur ceritanya, tapi untuk ukuran anak kelas dua SD menurutku lumayanlah.. Gara-garanya dia kubelikan novel karya anak-anak seperti Kecil-kecil Punya Karya di Gramedia (sedangkan uminya beli Tua-tua Punya Karya :)) *piss ya , Yudhi...*

Tapi sayangnya karya najma ini bertebaran dimana-mana. kadang dia menulis di buku matematika, kadang di buku campuran, kadang dia hanya menulis di selembar hvs. Hadewh.... emaknya ni yang susah ngumpulinnya. akhirnya aku ajarin Najma untuk menulis di komputer, kan enak tuh... nggak butuh penghapus, file-nya rapi, dan tentu saja mengurangi kerjaan emaknya, hehehe...

Ternyata nggak cuma Najma yang jadi hobi nulis di komputer. aku pun jadi ketularan suka nulis. Apalagi sejak punya baby Naura tiga bulan lalu aku jadi banyak di rumah (sebelumnya banyak main ya...). Menulis ternyata mengasyikkan juga ya... jadi ingat dulu waktu smp dan sma suka nulis di diary, hehehe... kayaknya lega gitu bisa menuangkan isi kepala kita.

Selasa, 19 April 2011

better late than never

Mungkin bisa dibilang telat kali ya, kalo baru sekarang aku bikin blog... (hei, mah... kemana aja selama ini?) Tapi emang telat banget sih... padahal temen kuliahku udah bikin buku panduan tentang segala yang gratis dari internet sejak tahun 2000-an.... eh... ini udah mau kiamat (katanya sih..) baru ngeh kalo ngeblog itu asyik. Dulu-dulu pernah bikin beberapa blog tapi karena gak aktif jadi terbengkalai... udah namanya lupa... apalagi passwordnya tuh... :(

But, better late than never, kan... gak papa juga kalo tampilannya juga plain banget (kan masih belajar). Belum tau juga mau diisi apa blogku ini... kalo nulis-nulis artikel kayaknya aku gak bakat, walaupun sebenarnya sejak kelas satu SD aku sudah hobi nulis lho... apalagi kalau disuruh guruku nulis 'ini budi', 'ini ibu budi'. dst... hehehe...

Anyway, gimana nanti aja ya... paling nggak aku sudah menghemat kertas untuk nulis-nulis sesuatu... daftar belanjaan hari ini, atau resep kesukaan anakku, atau sekedar sharing tentang something new. Hidup green living...! (halah...)