Siapa sih yang tidak mengenal serial Upin dan Ipin? Setiap hari kita disuguhi tontonan ini walaupun sudah sangat-sangat sering diulang-ulang penayangannya. Serial asal Malaysia ini memang top banget di negara kita, meskipun kata seorang saudara yang tinggal di sana serial ini sudah tidak begitu tenar. Tayang di 17 negara, memang prestasi yang amat membanggakan untuk sebuah serial anak muslim.
Tak terkecuali Najma anakku. meskipun sudah diulang-ulang penayangannya, dia tetap asyik menonton tiap Upin dan Ipin muncul. Alhasil aku pun ikut-ikutan jadi penonton setia serial itu.
Tapi kita tidak akan membahas si Upin dan Ipin yang comel itu. Aku lebih suka membicarakan si Mail 'dua seringgit' ... Mungkin banyak orang yang tidak begitu suka dengan Mail, karena dia terlihat terlalu materialistis, apa saja bisa dijual olehnya. Tapi tengok pula kesehariannya, Mail memang selalu membantu (atau terpaksa?) ibunya berjualan gorengan. Kesian-kesian-kesian.... itu mungkin yang dikatakan Ipin.
Melihat Mail yang suka berjualan, aku jadi ingat anakku. Najma tak berbeda jauh dengan Mail karena dia juga hobi berjualan. Hehehe... memang sebenarnya aku yang mengajarinya... ini bukan pengeksploitasian anak lho... aku hanya ingin dia mengetahui bagaimana rasanya mencari dan mendapatkan uang dari jerih payah kita sendiri. Awalnya aku cuma ajari dia membuat gelang manik-manik, lalu dia jual ke teman-temannya di sekolah. Eh... ternyata laris. Najma girang bukan kepalang, bisa dapat uang saku dari berjualan. Lalu beralih membuat gantungan kunci dan bros (yang ini umminya yang bikin, Najma jadi agen pemasaran saja). Alhamdulillah laku juga. Abinya jadi punya julukan baru untuk Najma, yaitu Mailiyah... Mail versi cewek. Berhubung aku hamil dan sekarang punya baby, kegiatan membuat handicraft berhenti sejenak. Untuk saat ini kubuatkan eskrim seribuan untuk dia jual di rumah.
Kira-kira sebulan yang lalu, aku membaca status pak Mario di facebook tentang sebuah pertanyaan; kapan sebaiknya kita mulai belajar berbisnis. Jawaban beliau (tidak persis, sih... soalnya agak-agak lupa nih.. :)) ternyata kita harus mulai belajar bisnis sejak kecil. Horeee.... ternyata apa yang aku lakukan selama ini ada gunanya juga. Dulu aku mulai mengenal berjualan sejak SMP, dengan menawarkan katalog Avon milik kakakku di kelas. Lumayan... bisa nambah uang saku. Sekarang, Najma yang baru kelas 1 SD sudah mulai kenal dengan jualan. Kemajuan, dong...!
Selasa, 31 Mei 2011
Sabtu, 14 Mei 2011
mati lampu
Dalam seminggu terakhir ini sudah tiga kali terjadi mati lampu di komplekku. Hal yang tidak biasanya terjadi sebenarnya. Selama tiga tahun menghuni komplek Hamzah (nama gang di komplek perumahan kami) sangat jarang terjadi yang namanya mati lampu, di saat yang lain banyak sekali yang komplain masalah ini. Sampai-sampai aku menganggap PLN sudah menganak-emaskan kami (weh-weh-weh... baik banget tu PLN!) Tetapi akhirnya gelar PLN yang baik hati itu aku cabut, dan bergabung dengan teman-teman yang sebel sama PLN... :p
Walaupun sebenarnya ada bagusnya juga terjadi mati lampu, karena penggunaan listrik jadi berkurang, yang berbanding lurus dengan jumlah tagihan listrik bulanan. Tapi timingnya itu lho.... nggak enak banget kan kalau pas mau maghrib mati lampu. Belum makan malam, Najma belum belajar, dan yang paling susah, Naura-my baby, belum tidur. Hadeeewh...Tapi ya... sabar saja buk.... menurutku itu pilihan yang paling bagus :)
Lucunya, waktu mati lampu itu aku samar-samar mendengar keluh kesah dua orang tetanggaku tentang PLN. Begini nih pembicaraan mereka;
" Haduuh..., dasar orang PLN ni pasti ngga punya anak bayi ya... nggak tau susahnya punya bayi kalo gelap-gelapan gini", kata ibunya Sarah. Meskipun anaknya sudah tidak bayi lagi, tapi mungkin dia solider sama aku yang sedang punya bayi, hihihi...
" Memang... mereka pasti juga masih pake sumur tanah tuh, nggak punya jet pump, jadi kalo pas mati lampu mereka nggak kalang kabut nyari air!" bu Hari menimpali.
Aku yang sedang duduk di teras sambil menggendong Naura tak bisa menahan tawa. Hihihi... tertawa sendirian nih...!
Anyway, kita memang harus membiasakan diri untuk menghadapi 'acara' mati lampu ini dengan ikhlas dan tawakkal (lhoo...!) Habis, mau gimana lagi coba? Anggap saja earth hour versi Indonesia, bisa berkali-kali dalam sebulan, tidak seperti earth hour versi WWF yang cuma setahun sekali.
Walaupun sebenarnya ada bagusnya juga terjadi mati lampu, karena penggunaan listrik jadi berkurang, yang berbanding lurus dengan jumlah tagihan listrik bulanan. Tapi timingnya itu lho.... nggak enak banget kan kalau pas mau maghrib mati lampu. Belum makan malam, Najma belum belajar, dan yang paling susah, Naura-my baby, belum tidur. Hadeeewh...Tapi ya... sabar saja buk.... menurutku itu pilihan yang paling bagus :)
Lucunya, waktu mati lampu itu aku samar-samar mendengar keluh kesah dua orang tetanggaku tentang PLN. Begini nih pembicaraan mereka;
" Haduuh..., dasar orang PLN ni pasti ngga punya anak bayi ya... nggak tau susahnya punya bayi kalo gelap-gelapan gini", kata ibunya Sarah. Meskipun anaknya sudah tidak bayi lagi, tapi mungkin dia solider sama aku yang sedang punya bayi, hihihi...
" Memang... mereka pasti juga masih pake sumur tanah tuh, nggak punya jet pump, jadi kalo pas mati lampu mereka nggak kalang kabut nyari air!" bu Hari menimpali.
Aku yang sedang duduk di teras sambil menggendong Naura tak bisa menahan tawa. Hihihi... tertawa sendirian nih...!
Anyway, kita memang harus membiasakan diri untuk menghadapi 'acara' mati lampu ini dengan ikhlas dan tawakkal (lhoo...!) Habis, mau gimana lagi coba? Anggap saja earth hour versi Indonesia, bisa berkali-kali dalam sebulan, tidak seperti earth hour versi WWF yang cuma setahun sekali.
Minggu, 01 Mei 2011
my first bento
Sebenarnya sudah lama pengen bisa bikin bento. Kalau melihat gambar-gambar bento di internet bikin aku tambah ngiler saja, hehe... Bento atau o-bentō adalah istilah bahasa Jepang untuk makanan bekal berupa nasi berikut lauk-pauk dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-bawa dan dimakan di tempat lain. Seperti halnya nasi bungkus, bentō bisa dimakan sebagai makan siang, makan malam, atau bekal piknik (wikipedia). Kalau di Indonesia lebih terkenal dengan nasi bungkusnya, kali ya...
Kebetulan pula ada lomba membuat bento yang diadakan page-nya Tupperware Indonesia di facebook, jadi aku coba saja menggunakan segenap kemampuanku (cie...!) untuk membuat bento yang spesial (meskipun sebenarnya ini adalah pengalaman pertamaku membuat bento).
Hasilnya, seperti ini nih..
Kalau dibandingkan dengan bento-bento yang sudah ada, kayaknya masih jauuuh... Bento tumpeng ini kubuat tanpa alat cetakan bento yang banyak banget macamnya. Aku juga belum hunting juga di Solo (ada nggak ya?)
Kebetulan pula ada lomba membuat bento yang diadakan page-nya Tupperware Indonesia di facebook, jadi aku coba saja menggunakan segenap kemampuanku (cie...!) untuk membuat bento yang spesial (meskipun sebenarnya ini adalah pengalaman pertamaku membuat bento).
Hasilnya, seperti ini nih..
Kalau dibandingkan dengan bento-bento yang sudah ada, kayaknya masih jauuuh... Bento tumpeng ini kubuat tanpa alat cetakan bento yang banyak banget macamnya. Aku juga belum hunting juga di Solo (ada nggak ya?)
Langganan:
Postingan (Atom)